Misteri Rana Mese dan Air Terjunnya

 

Kisah Rana Mese dan Air Terjunnya

 kupang.antaranews.com
 Sebagai balas budi kepada Rana sang dewa air mereka menamai danau itu Rana Mese.Rana yang berarti danau, Mese yang berarti besar. Kata Welang ‘Bukan karena danau ini besar sehingga namanya Rana Mese tetapi yang besar adalah pengorbanan dari  Rana sang dewa air. Sedangkan air terjun dinamai Cunca yang berarti air terjun, ‘Cun’ nama singkat dari perempuan sederhana yaitu Cunmi dan ‘Ca’ yang berarti satu. Penamaan itu karena dialah salah satu perempuan sederhana yang pernah membantu Longgor melayani penduduk yang sakit maupun yang lainnya. Air terjun itu sebagai tanda terima kasih penduduk pernah melayani mereka dengan baik.

 

Zaman dahulu disuatu desa terdapat sumber air cukup besar. Air itu merupakan danau sangat tenang, tetapi banyak ikannya.  Desa itu sering disebut desa Puar. Penduduk di desa itu hidup rukun apalagi segala macam kebutuhan ada disana. Desa itu dikelilingi hutan rimba. Tak jauh dari desa terdapat desa lainya, tetapi mereka jarang saling berkunjung. Penduduk desa menyakini dewa air yang bernama Rana. Penduduk desa dari zaman nenek moyak selalu menyembah dewa air tersebut meskipun dewa air itu tidak pernah kelihatan.

Setiap desa memiliki orang yang paling dihormati kebetulan di desa Puar ada salah satu orang yang memiliki ilmu putih. Dari semua desa orang ini yang selalu dihormati penduduk. Orang itu bernama Longgor dan dia adalah seorang pertapa handal dikampung itu. Warga mengenalnya sebagai pertapa ilmu putih. Longgor memiliki 3 murid yang sangat akur, mereka adalah Welong, Kelar, Linis.

Welong murid senior dan sangat berbakti dengan Longgor. Sedangkan Kelar dan Lanis murid junior yang masih kanak-kanakan. Longgor sangat senang memiliki murid yang akur meskipun sifat mereka berbeda-beda. Lanis seorang remaja yang sangat manja karena dia merasa perempuan sendiri. Kelar seumuran Lanis dan sangat suka cari perhatian gurunya terutama perhatian dari Lanis. Welong seorang pria dewasa dan penyabar serta sangat menyayangi guru dan juniornya, dia menganggap juniornya sebagai adik.

Mereka berempat saling membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hingga suatu saat tiba Longgor menyuruh agar murid-muridnya pergi bertapa selama berbulan-bulan di gunung sebelah hutan yang cukup jauh dari situ gunung itu sering disebut Mandosawu. Murid-muridnya keberatan karena harus meninggalkan gurunya sendirian. Gurunya berpesan selama perjalanan mereka harus bersama dan Welong sebagai senior harus menjaga dan membantu. Tibalah mereka berangkat untuk bertapa dan meninggalkan gurunya.

Semenjak ditinggal murid-muridnya, Longgor melayani penduduk desa. Longgor memanfaatkan ilmunya untuk menyembuhkan orang sakit dan lain-lain. Longgor dihormati penduduk dan sering diberikan makanan serta kebutuhan lainnya. Penduduk melakukan itu karena mereka tahu Longgor hampir tidak punya waktu untuk mencari makanan.  Hal itu disebabkan hampir setiap saat penduduk desa dan desa lainya selalu mendatangi rumah Longgor. Malam harinya Longgor selalu bertapa di tengah danau sampai subuh.

Malam itu Longgor bertapa untuk menambah ilmunya dan memohon agar dia diberi kekuatan untuk menjaga penduduk desa dan alam. Dewa air yang sering disebut Rana mendengarkan permohonannya karena sudah lama bertapa akhirnya dewa air menampakan mukanya ke Longgor dan memerikannya ilmu. Dewa air berpesan agar ia jangan tamak dengan kekuasaannya selalu bersyukur jika melanggar ada akibatnya. Setelah berpesan seketika dewa air menghilang dan  malam itu tiba-tiba langit berubah seketika, terdengar suara petir dan cahaya petir menyambar Longgor. Penduduk khawatir dan segera menghampiri Longgor menggunakan perahu  yang sedang bertapa ditengah danau.

Penduduk mengambil tubuhnya yang terapung di atas air dan membawanya ke pinggir agar segera memberi pertolongan. Sesampainya di pinggir danau penduduk kaget karena Longgor terbangun.  Penduduk heran setelah tersambar petir yang sangat dasyat  kenapa Longgor tidak terluka bahkan tak ada luka goresan sedikitpun. Malam itu penduduk melihat badan Longgor bersinar cerah tak seperti biasanya. Longgor menceritakan bahwa dia telah diberi ilmu oleh dewa danau  agar ilmunya semakin baik dan ilmu menyembuhkan semakin bertambah.

Benar saja semua penduduk yang sakit disembukan dengan cepat entah sakit apa pun, semakin hari rumah semakin ramai dan semua penduduk menyembahnya dan menganggapnya sebagai orang sakti. Situasi dan kondisi rumah yang semakin ramai membuat Longgor mencari anggota baru yang bertugas untuk mengkordinir pengunjung. Longgor memilih Cun perempuan sederhana yang hidup sebatang kara di desa itu, Cun adalah nama panggilan penduduk desa sebenarnya Cunmi. Cun sedikit lebih mudah dari Longgor. Seiring berjalanya waktu Longgor merasa bosan dan cape melayani penduduk, hingga memutuskan untuk bertapa kembali.

Longgor menggali danau membuat sebuah jalur panjang menjadi sebuah sungai. Di ujung sungai itu dibuat seperti air terjun dan disitulah Longgor membuat tempat pertapaan baru. Tempat itu sangat sangat gelap jika siang hari sangat remang-remang, penduduk merasa Longgor mulai aneh karena sibuk dengan tugas sendiri dan mulai melupakan tugasnya. Entah apa yang terjadi malam itu Longgor seperti dirasuki.

Malam hari Longgor melakukan ritual bertapa pertama di air terjun yang dia buat sendiri. Tidak disangka Longgor dikejutkan sebuah roh berwujud buaya. Roh itu mengatakan aku akan memberimu ilmu asalkan kamu memebriku darah. Ilmu ku lebih hebat dari apa pun, engkau dapat menguasai hutan ini dan semua desa disini. Longgor awalnya ragu dan dia meminta waktu untuk merenungkan kembali. Keesokan harinya Longgor dengan cepat memutuskan untuk melayani roh itu. Roh itu memberikanya sedikit ilmu hitam sebagai bukti janjinya. Tetapi Longgor akan diberikan ilmu sakti yang sempurna setelah dia berhasil menymbangkan 4 darah segar selama satu bulan.

Pagi itu Longgor langsung menjalankan aksinya tanpa pikir panjang, Cun si  perempuan sederhana sebagai korban pertamanya. Longgor merayunya agar mengikuti Longgor ke air terjun itu. Cun yang sudah lama memendam perasaannya menyetujui tanpa memikirkan maksud Longgor. Setelah  sampai di air terjun Cun langsung ditengelamkan dan sebagian darahnya diambil sebagai persembahan pertama. Persembahan kedua dan ketiga berjalan lancar tetapi persembahan yang terakhir mulai terkendala karena warga mulai curiga karena banyak penduduk tiba-tiba hilang dan penduduk selalu menjaga malam hari.

Longgor semakin marah dan mencari cara agar dia tidak ketahuan malam itu. Longgor memanfaatkan ilmunya untuk menghabisi setiap penduduk yang menjaga pada malam hari. Dia menemukan cara yaitu dengan memanfaatkan ilmunya dengan menyerupai anggin besar agar seolah-olah itu seperti kejadian alam saja. Ketika dia ingin menjalankan aksinya untuk menghabisi penjaga kebetulan ketiga muridnya yang telah selesai bertapa pulang ke desa itu dan menghalagi kekuatan jahat itu. Longgor seketika terkejut kenapa ada yang menghalangi ternyata ketiga muridnya. Tetapi muridnya belum mengetahi siapa pengirim angin jahat itu. Setelah itu murid-muridnya pulang ke rumah guru yang mereka sayangi. Sesampai dirumah mereka terkejut melihat banyak darah dan persembahan dirumah itu. Dengan menggunakan kesaktian dari hasil bertapa murid-muridnya mengetahui dalang dari semua itu dan mereka menjadi sedih kenapa guru yang mereka kagumi berubah menjadi jahat.

Murid-muridnya bertanya ke penduduk dimana guru mereka sering bertapa, setelah mendapat info murid-muridnya menghampiri guru yang sedang bertapa di air terjun. Tanpa sepatah kata pun gurunya langsung menyerang dan ingin mengahbisi mereka juga. Murid-muridnya melawan guru yang sangat sakti dan mereka kesulitan. Pertengkaran itu hampir membunuh ketiga muridnya karena semua ilmu yang mereka pelajari sumbernya dari guru. Ketika ingin menghabisi ketiga murid, dewa air yang dikenal Rana keluar dan menyerang Longgor meskipun Longgor memiliki kekuatan sakti dewa air bukanlah tandinganya. Merasa dewa air sangat kuat dia rela menyerahkan tubuh dan jiwanya untuk kekuatan kegelapan yaitu roh buaya. Roh buaya yang terkurung selama ratusan tahun keluar dan mengeluarkan amarah kemarahan yang sangat dasyat.

Ternyata dewa air dan buaya itu dulunya bersahabat karena sifat tamak si buaya ingin membunuh semua penduduk dan menguasai hutan, dewa air dan buaya beradu ilmu, saat itu buaya kalah, sehingga dewa air menurungnya di tempat itu. Entah kenapa Longgor membuat sebuah sungai dan air terjun bertepatan dengan tempat kurungan ini, ternyata Longgor dirasuki roh buaya karena dia memiliki ambisi untuk menguasi hutan. Meskipun buaya terkurung rohnya bisa keluar dan mencari orang yang tamak seperti sifatnya dulu. Jika rohnya masuk di tubuh orang maka dia bisa kuat dan menggunakan semua ilmunya kembali. 

Pertarungan buaya dan dewa air terulang kembali tetapi kini roh buaya dikuasai Longgor sedangkan dewa air menggunakan tubuh Welang. Pertempuran itu sangat dasyat dan menghebokan penduduk, semua penduduk ketakutan tetapi mereka dijaga oleh Jelis dan Kelar. Pertarungan itu cukup lama akhirnya Welang dan dewa air memenangkan pertarungan itu. Dewa air mengutuk Longgor dan menengelamkan dia bersama buaya itu didasar danau. Dewa air  menyuruh semua penduduk pergi pindah ke desa lain yang jauh dari situ karena dia ingin menengelamkan tempat ini agar orang jahat seperti buaya dan Longgor tengelam disini. Aku  juga ikut terkubur di danau ini air akan memenuhi desa ini biarkan desa ini tengelam dengan orang jahat, jika nantinya air lebih banyak berarti pertanda baik dan orang jahat ini tidak bisa lepas kembali, ku korbankan diriku sebagai cintaku terhadap kalian. Jika suatu saat air dari tempat ini kalian kuras untuk kebutuhan kejahatan dan menyebabkan air ini kering maka orang jahat ini akan keluar kembali. Jika terjadi kabut itu pertanda orang jahat ini ingin mengganggu, tetapi aku selalu menjaga kalian.  Oleh karena itu, kalian harus merawat tempat ini dan sebagai pengenang akan pengorbanan ku untuk kalian.

Setelah berpesan demikian dewa air ikut terkubur bersama Longgor dan buaya tetapi danau itu terpenuhi oleh air sebagai pertanda baik sesuai janji dewa air. Welang dan penduduk menyaksikan langsung desa mereka tengelam bersama danau yang merupakan sumber air mereka. Sebagai balas budi kepada Rana sang dewa air mereka menamai danau itu Rana Mese. Rana yang berarti danau, Mese yang berarti besar. Kata Welang ‘Bukan karena danau ini besar sehingga namanya Rana Mese tetapi yang besar adalah pengorbanan dari  Rana sang dewa air. Pengorbanan yang besar itu sebagai lambang hatinya sangat besar kebaikanya. Sedangkan airterjun dinamai Cunca yang berarti air terjun, ‘Cun’ nama singkat dari perempuan sederhana Cunmi dan ‘Ca’ yang berarti satu. Penamaan itu karena dialah salah satu perempuan sederhana yang pernah membantu Longgor melayani penduduk yang sakit maupun yang lainnya. Air terjun itu sebagai tanda terima kasih penduduk pernah melayani mereka dengan baik.

@ig.opinrufina
    Rana Mese  dan Air Terjun itu dijadikan sebuah tempat wisata. Lokasi tempat ini berada di Golo Loni, Kecamatan Rana Mese, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Tempat itu berdekatan dengan gunung Mandosawu salah satu puncak tertinggi di Manggarai Timur. Tempat ini terkenal bagi masyarakat Manggarai, tetapi belum terkenal seperti destinasi lainnya. Disekitar tempat ini hutan dan jarang ada rumah penduduk tetapi ada pedagang kaki lima yang berjualan disana.  Itulah fiksi sinkat mengenai Rana Mese, semoga dapat menghibur. Terima kasih, salam Sobatcosian.

 

 

 

 

 

 

 

Belum ada Komentar untuk "Misteri Rana Mese dan Air Terjunnya"

Aplikasi Cuan 'Pintarnya'

              Aplikasi Cuan 'Pintarnya'      Di tengah pesatnya perkembangan teknologi di Indonesia, aplikasi Pintarnya telah menja...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel